Kenikmatan dalam beribadah tidak akan bisa dibangun tanpa adanya paksaan diawal. Karena setan tidak ingin manusia beramal saleh. Ia akan terus mengganggu manusia ketika muncul niatan beribadah.
Seringkali kita salah kaprah memaknai ikhlas sebagai ‘rela’, atau ‘suka-benci’. Padahal ikhlas adalah urusan hati seorang hamba dengan Rabbnya. Jika memang tidak ikhlas, seharusnya seorang muslim memaksa diri untuk ikhlas demi meraih tujuan utama beribadah yaitu mengharapkan ridho Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Beramal saleh sangat dianjurkan untuk dipaksakan dalam Islam supaya menghadirkan kebiasaan. Kita harus bisa bedakan mana kenikmatan yang Allah sukai atau tidak.
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ
(Al-‘Ankabut : 69)
“Orang yang memaksakan diri ke jalan Kami, Kami akan pandu menuju ke jalan-jalan Kami”
Kita harus menyadari bahwa keterpaksaan bukanlah hal yang buruk atau menyedihkan bagi seorang muslim yang ikhlas. Malah sebaliknya, keterpaksaan dapat menjadi peluang untuk menunjukkan keikhlasan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena kita rela melakukan sesuatu yang tidak disukai atau tidak diinginkan oleh hati kita hanya karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Apabila kita rela memaksakan diri untuk beramal saleh setiap hari, itu akan menjadi kebiasaan baik. Yang timbul hanya rasa bersalah jika tidak lagi melakukan amal saleh tersebut. Seperti manusia yang memikul gunung dipundaknya, berat rasanya penyesalan itu. Jika sudah merasakan hal itu, artinya kenikmatan sudah Allah Subhanahu Wa Ta'ala turunkan kepada manusia. Sisanya akan terus Allah Subhanahu Wa Ta'ala bimbing dalam beramal sholeh setiap hari.
Info pendaftaran umrah, hubungi Whats App kami di 0811-290-250.
Info dan Pendaftaran Agen :
https://bit.ly/AgenMuslimSafarProject